[Book Review] Perpaduan Mitologi, Masa Depan Distopia, dan Cinta yang Rumit dalam Heavenly karya Prisca Primasari

No Comments

 

cover Heavenly



Akhirnya setelah sekian lama blog ini menganggur saya kembali lagi dengan review Heavenly karya Kak Prisca Primasari. Rencananya review yang sudah saya kerjakan hanya akan diunggah di instagram, tapi karena jumlah kata yang tidak memungkinkan dan saya sudah buntu untuk pangkas memangkas akhirnya saya putuskan untuk mengunggah review Heavenly di blog saya saja.


Heavenly sendiri terbit bulan Juli tahun ini, tiba di rumah saya pada bulan Agustus dan akhir bulan Oktober baru selesai saya buat review-nya. Sejauh ini saya sudah dua kali membaca, pertama hanya membaca memindai untuk mengetahui garis besar cerita karena deadline ini itu yang mencekik dan kedua kalinya sambil menandai beberapa bagian sekaligus melihat lebih dekat ke tokoh-tokohnya.


Heavenly masih memiliki keterkaitan dengan novel Kak Prisca sebelumnya yaitu Purple Eyes. Kalau di Purple Eyes menceritakan tentang Solveig, asisten Hades, dengan Ivarr, di Heavenly akan menceritakan tentang Hades dan Persephone.


Untuk teman-teman yang belum baca Purple Eyes dan ingin membaca Heavenly tidak perlu khawatir, kalian bisa langsung membaca Heavenly tanpa perlu membaca Purple Eyes dan tetap akan mengerti dengaan ceritanya. Karena Heavenly ini bukan lanjutan dari Purple Eyes, saya rasa seperti spin off (CMIIW). 


Namun, saya sarankan membaca Purple Eyes terlebih dahulu untuk pengalaman yang lebih seru. Purple Eyes sendiri ada bentuk adaptasi webtoon-nya dan bisa dibaca di aplikasi webtoon. Jangan lupa untuk memberikan love di tiap chapter sebagai bentuk dukungan ><



Blurb

Kopenhagen, tahun 2151


“Saya harus kembali,” bisik sang Ratu. “Perang itu harus dicegah.” 


Sebagai seorang ratu, Lilja Persephassa tahu bahwa perdamaian selalu punya harga. Ia siap membayar harganya, meski dengan nyawanya. Saat ia mendapatkan kesempatan kedua, ia mendapati dirinya tak lagi sendirian….


Ia didampingi oleh sesosok dewa alam kematian yang angkuh dan arogan, 

seorang asisten yang telah mati.



Review

Perhatian Review yang saya buat mengandung spoiler, jika ingin membaca yang bebas spoiler bisa ke instagram saya.


Jujur, banyak sekali hal-hal menarik dari cerita Heavenly sekalipun saya bukan penggemar cerita-cerita mitologi, dewa-dewi, dan sejenisnya. Saat membaca kedua kali saya menggunakan post it untuk menandai bagian-bagian yang menarik dan lucu hingga tanpa sadar saya sudah menghabiskan satu strip lebih ><



/Yang Saya Suka/

Cover.

Menurut saya selain cantik, cover Heavenly berhasil mengeluarkan aura dari ceritanya. Saat melihat ekspresi Lilja di cover muka saya bertanya-tanya ekspresi apa tepatnya yang dia rasakan hingga berekspresi demikian. Apakah itu ekspresi kesal? sendu? Kenapa bibirnya melengkung ke bawah? Meskipun lingkungan di sekitar Lilja sangat hidup kenapa ekspresinya tampak muram? Ditambah lagi dengan pencampuran warna yang didominasi ungu membuat cover makin terasa sendu dan mistis.


Lalu cover belakangnya menampilkan Hades tengah berada di hutan yang mati dan tampaknya menatap ke arah Lilja, saya makin penasaran apa tepatnya yang ingin disampaikan oleh cover-nya. Sayangnya tidak ditampilkan ekspresi apa yang terpasang di wajah dewa alam kematian tersebut. Meskipun begitu, saat melihat Hades di cover belakang saya merasakan sesuatu seperti kemuraman. Apalagi ketika saya mencermati kembali cover-nya setelah membaca. Hades tampak seperti orang yang kesepian atau menunggu sesuatu datang?


Sebelum membaca novelnya, hanya keindahan yang saya lihat dari cover. Namun ketika sudah selesai membaca dan menatap kembali cover Heavenly saya merasakan perpaduan emosi rumit dari kedua sisinya.

 


World Building.

Selain berunsur mitologi, Heavenly juga menampilkan gambaran masa depan dystopia di mana perang dunia keempat tampaknya sudah di ujung tanduk dan kemunduran dalam banyak aspek kehidupan pasca perang dunia ketiga. Tidak ada ponsel, tidak ada media sosial, bahkan aplikasi note pun tidak ada—sebagai orang yang sangat bergantung dengan penggunaan aplikasi note, saya meringis ketika membayangkannya. Konsep yang ditawarkan menarik, saat membaca penggambaran masa depan di Heavenly saya teringat cuplikan dari Hujan karya Tere Liye tentang pola kemunduran teknologi ciptaan manusia yang terjadi secara periodik baik karena bencana alam maupun bencana karena ulah manusia, seperti perang.


Selain Hujan, saya juga jadi teringat dengan konsep negara di Lunar Chronicles di mana negara-negara di dunia menyatu dan menggunakan satu nama hingga tersisa kurang lebih empat atau lima negara yang juga menjadi perwakilan bumi. Sementara di Heavenly negara-negara melakukan uni riil dan menyebut penggabungan dengan nama baru, tapi jumlahnya masih lumayan banyak. Yang tercatat dalam catatan saya di antaranya Kerajaan Pasifik, Roman, Imperium, Germania, Kerajaan Norden, dan Reich Timur. Kemudian negara-negara tersebut bersekutu dengan format yang mirip semasa perang dunia kedua.


Perpaduan antara mitologi, kemampuan supernatural, sejarah dunia yang terulang, dam masa depan dystopia tentu membutuhkan banyak riset dan imajinasi. Pengolahan ketika penyampaian juga harus pintar-pintar agar informasi yang perlu diketahui pembaca tidak menjadi information dump. Dan tentu saja, eksekusi dalam Heavenly bisa dibilang memukau.


Menurut saya, solid dan cukup adalah dua kata yang tepat untuk menggambarkan eksekusi di Heavenly. Tidak terlalu banyak hingga membuat pening dan tidak terlalu sedikit hingga membuat kebingungan.


Satu-satunya yang membuat saya kesulitan hanyalah nama-nama tempatnya yang tidak terlalu akrab di lidah saya jadi saya juga agak kesulitan juga untuk menghafalnya.

 


Latar.

Khas dari gaya penulisan Kak Prisca Primasari yang saya suka adalah penggambaran latar, baik latar tempat, waktu, maupun suasana. Saya suka sekali membaca keindahan tempat-tempat yang dijadikan latar, penjabarannya tidak hanya dilakukan menggunakan visualisasi tapi juga suasana dan emosi di dalamnya, ceria, sendu, muram, lembab, sesak, rasanya saya sampai bisa merasakan hangatnya matahari dan dinginnya salju melalui kata-kata yang dirangkai oleh Kak Prisca.


Penggambaran latar tempat, suasana, dan waktu dalam Heavenly berhasil membuat saya merasakan emosi yang nano-nano. Travelling adalah hal yang asing bagi saya, tapi ketika membaca deskripsi-deskripsi tempat, ditambah karena penasaran saya juga mencari-cari fotonya, saya jadi ingin sekali tahu bagaimana rasanya berdiri di tengah kota Trondheim, atau rasanya berada di Denmark khususnya Kopenhagen (saya sampai mengunjungi website visitcopenhage), atau bagaimana rasanya menginap di hotel tempat ketiga tokoh di Heavenly menginap.


Saya juga suka bagaimana perbandingan-perbandingan tempat yang sama tapi berbeda tahun dilakukan, seperti perbandingan before after. Saat membaca bagian-bagian tersebut saya langsung berdoa dalam hati semoga saja tidak perlu ada perang lagi yang bisa merusak fisik bangunan dan kehidupan orang-orang.

 


Sudut Pandang.

Sudut pandang yang digunakan dalam Heavenly adalah sudut pandang orang ketiga terbatas yang didominasi oleh Hades, Lilja, dan Nikolai. Jadi kita bisa melihat apa yang dipikirkan oleh tokoh tersebut mulai dari apa yang tokoh tersebut pikirkan tentang tokoh lainnya hingga tentang kejadian-kejadian yang dialaminya.


Selain ketiga tokoh utama, beberapa kali juga menggunakan sudut pandang tokoh lain seperti Thanatos, Blomster, dan Catherine Clairvoyant. Secara khusus saya penasaran dengan Blomster, mungkin maksudnya berbicara dari sisi bunga? Saat mencoba mencari arti dari blomster yang saya dapatkan adalah kata tersebut berasal dari Norwegia dan memiliki arti bunga… kalau ada yang tahu lebih lengkap mungkin bisa share di kolom komentar.


Pemilihan sudut pandang ini membuat cerita Heavenly juga terasa lebih dalam dan kompleks karena kita bisa memahami banyak sisi, seperti galaunya Hades yang hanya diketahui oleh Hades dan tidak tertangkap radarnya Lilja serta Nikolai atau celaan-celaan Nikolai terhadap Hades yang hanya bersarang di hatinya atau bagaimana perasaan cinta Lilja terhadap Hades yang terasa manis tapi juga menyakitkan.

 


Tokoh.
















Saya tidak tahu bagaimana karya-karya lain menggambarkan Hades dan Persephone, tapi saya suka sekali dengan karakter keduanya dijabarkan dan dihidupkan dalam Heavenly. Chemistry keduanya membuat saya senyum-senyum sendiri juga kesal sendiri karena tingkah Hades (Yuhu, Hades akuilah anda jatuh cinta, kejar diaaa jangan kelamaan galau).


Sejauh ini favorit saya adalah Nikolai, perpaduan kelembutan hati dan ketengilannya membuat saya jatuh cinta. Apalagi ketika adegan dia dan Ivarr atau saat Nikolai mengingat tentang kakaknya, air mata saya sampai lolos beberapa tetes.


Saya ingin memberikan komentar terhadap Hades, Lilja, dan Nikolai lebih mendalam. Saya peringatkan sekali lagi, komentar-komentar saya tentang mereka mengandung spoiler ya.



  • Hades

“Kau sulit jatuh cinta dan dicintai, Hades...” (hlm 141)


Saya rasa satu kalimat dari Chronos ini sempurna sekali menggambarkan Hades. Dari awal membaca Purple Eyes saya sulit untuk jatuh cinta dengan Hades. Mungkin karena preferensi pribadi juga, saya tidak terlalu suka tipe-tipe kayak Hades. Gimana ya menurut saya Hades itu tipe-tipe yang kita perlu waktu dan pengetahuan buat paham kalau sebenarnya dia penyayang dan ternyata hatinya serapuh kaca (apalagi kalau sudah berhubungan dengan Persephone). Tipe-tipe melankolis, romantis, penyayang, tapi diam-diam. Diam-diam ini yang kalau tidak diikuti pemahaman sangat berpotensi menyebabkan salah paham. Di satu sisi, karakter yang seperti ini bisa sangat romantis untuk pasangannya, tapi sangat menyebalkan kalau baru pertama kali bertemu dengannya atau saat salah mengartikan perkataan dan tindakannya.


Saya harus memberikan applause untuk Lilja karena melalui sudut pandang dan pengertiannya setidaknya saya bisa sedikit jatuh cinta dengan karakter Hades. Saya juga akan memberikan applause untuk para asisten Hades, khususnya Nikolai, dan siapapun yang tampaknya sangat tahan menghadapi kesombongan Hades yang memang patut disombongkan, tapi lama-lama bikin kesal juga.


Saya sangat suka dengan penggambaran Hades yang dilakukan berkali-kali, tapi tidak membuat bosan. Justru setiap penggambarannya makin menegaskan bahwa Hades memiliki aura yang luar biasa indah, menakjubkan, tapi juga sangat menakutkan dan mengintimidasi.


Ada beberapa hal yang menggelitik rasa penasaran saya tentang Hades dan Lilja. Pertama adalah saat menghadapi masalah ancaman perang dunia keempat. Di awal Hades dan Lilja sering sekali bertengkar dan mempertahankan pendapatnya masing-masing. Namun, setelah kejadian berpindah waktu adu mulut antara Hades dan Lilja mulai berkurang dan saya rasa keduanya mulai menurunkan tingkat keras kepala dan toleransi masing-masing hingga menemukan titik tengah di mana keduanya bisa menghormati prinsip masing-masing. Masalah yang awalnya stuck dan tidak bergerak ke mana-mana mulai bergerak menuju solusi saat keduanya mulai bekerja sama menyelesaikan masalah pencegahan perang dunia keempat. Bagaimana kalau dari awal mereka sudah sepakat dengan titik tengah tersebut, berdiskusi, dan mengeksekusi rencana, apakah Hades akan lebih cepat sadar siapa sebenarnya asisten Dahl dan permasalahan ancaman tersebut lekas selesai?


Kedua, apakah yang akan terjadi jika Hades tidak terlalu lama larut dalam ketakutannya tentang Lilja adalah Persephone yang diramalkan? Walaupun memang aneh karena awalnya Lilja merasa pahit kala meminum minuman yang disentuh oleh Hades lalu kemudian hari Lilja tidak lagi merasa pahit. Mungkin saat itu keraguan Hades membuat ramalannya belum terwujud dan seiring waktu ketika perasaan Hades makin dalam dan dia makin berharap, ramalannya makin kuat dan terwujud. Sesuai dengan kata Hecate, ramalan hanya akan terwujud jika kau menginginkannya terwujud. Atau bisa jadi ada faktor dari Liljanya juga. Hades dan rasa cintanya yang begitu besar melahirkan ketakutan yang justru menjadi penghalang bersatunya dia dan Lilja.


Setelah kembali berpikir, saya rasa Hades juga cukup perhatian dan penyayang ke mortal-mortal jika berkaitan dengan cinta, baik cinta terhadap lawan jenis ataupun keluarga. Seperti kasus Solveig dan Nikolai serta cerita Heavenly 0.5 di highlight IG Kak Prisca.


Dan hingga akhir saya kekeuh dengan pendapat Hades sangat rumit dan sulit untuk dicintai, tapi akhirnya saya bisa sedikit menyukainya, menaruh simpati, dan ikut-ikutan menjadi tim hore saat Hades memutuskan untuk kembali ke Lilja.



  • Lilja

Saya suka bagaimana sifat musim dingin dan salju diinterpretasikan untuk Lilja, lembut. Karena memang seperti itu sifat yang paling menonjol dari Lilja, seperti sifat dasar yang memunculkan sifat-sifat lainnya. Namun, kalau boleh saya akui saya menginginkan sedikit sifat yang lebih kuat dari Lilja karena mengingat posisinya sebagai Ratu. Di beberapa tempat saya merasa Lilja terlalu baik, lugu, polos, dan bukan negosiator yang andal. Di beberapa negosiasi saya merasa Lilja terlalu memaksakan idenya, tanpa benar-benar memberikan solusi yang dibutuhkan oleh lawan bicara dan bisa diterima oleh idealismenya. Mungkin karena saya belakangan membaca manhwa-manhwa dengan female lead yang kuat, tegas, dan ahli melakukan negosiasi sehingga saat membaca tentang Lilja saya langsung membandingkan antara Lilja dengan female lead lainnya. Mungkin juga kehadiran Hades di sini akan melengkapi, sehingga sifat Lilja dipertahankan demikian. Namun, saya tetap merasa menginginkan Lilja yang tegas dan tetap lembut hadir.


“Alasan Germania dan yang lain-lainnya tidak mau mendengarkanmu adalah karena mereka mengira kau lemah dan tidak mampu bernegosiasi. Tunjukkan bahwa kau lebih kuat daripada yang mereka kira.” (Hlm 71)


Melihat hubungan Lilja dan Hades dalam menghadapi krisis dunia mengingatkan saya dengan Bam dan Khun Aguero Agnes dari Tower of God. Lilja seperti Bam, memiliki keinginan, berusaha mewujudkannya, dan keinginan tersebut baru bisa terwujud jika dia menempuh jalan yang sangat berpotensi harus menumpahkan darah atau setidaknya ada satu dua tindakan kotor yang harus dilakukan. Tapi baik Lilja dan Bam sangat baik hingga tidak tega membunuh semut yang sudah menggigitnya, seperti ibu yang tetap menyayangi bayinya sekalipun sudah ditendang-tendang. Lalu hadirlah Hades yang seperti Khun, mengerjakan yang harus dilakukan dengan efisien sekalipun itu tindakan kotor yang tidak disukai partnernya. Tidak lupa adu mulutnya, tapi Khun dan Bam jarang adu mulut karena Khun terlalu pintar menutupi tindakan liciknya dari Bam ><


Di awal ketika  duo Hades dan Lilja belum benar-benar terbentuk, dua-duanya masih seperti musuh sampai-sampai Nikolai merasa terjebak di pertengkaran suami istri (save Nikolai). Ketika keduanya mulai bersatu dan saling memberikan toleransi satu sama lain seperti yang saya bahas di komentar saya tentang Hades masalah pencegahan perang dunia keempat ini mulai bergerak menuju solusi, tidak lagi tertahan di ini cara yang efisien Lilja-Anda terlalu kejam min herre. Saya akui Hades sangat pandai melakukan negosiasi, dia tahu di mana titik temu dari keinginan kedua belah pihak dan cara menawarkannya agar sulit ditolak, melengkapi Lilja sekaligus menjadi partner yang sangat mendukung.


Secara keseluruhan saya menyukai sifat Lilja, saya percaya di dunia Heavenly (juga di dunia nyata) memang membutuhkan orang-orang seperti Lilja yang kuat pendiriannya, lembut, dan penuh kehangatan, tapi kembali lagi saya tetap mengharapkan adanya sedikit sifat kuat yang ditampilkan oleh Lilja saat memainkan perannya sebagai Ratu.

 


  • Nikolai

Nikolai di Heavenly seperti kejutan, rasanya seperti membuka hadiah jack in the box (lirik Hayden). Banyak hal-hal yang saya tidak duga tentang Nikolai. Saya pikir karakter Nikolai seperti Solveig, yah sekurang-kurangnya di bagian patuh terhadap Hades, sedikit iseng tapi lebih banyak patuhnya. Ternyata tidak, tapi saya suka bagaimana ketengilan Nikolai memberikan sentuhan humor yang rumit di tengah-tengah dua karakter utama yang tampaknya terlalu sibuk dengan urusan ini itu untuk menciptakan humor. Lagipula pasti akan sangat menyeramkan kalau Hades yang menciptakan candaan... tidak, saya tidak bisa membayangankannya.


Satu fakta yang paling membuat saya terkejut adalah bagaimana Nikolai memandang tentang kematiannya yang bahkan setelah ratusan tahun tampaknya masih menjadi beban di hati. Memang kematiannya sangat disayangkan, tapi setelah ratusan tahun? saya sangat terkejut, saya pikir setelah hidup ratusan tahun kematian tersebut akan terasa seperti angin lalu. Namun, kalau dirunut kembali dengan asumsi selepas meninggal Nikolai hanya menghabiskan waktu dengan sibuk menjadi asisten Hades, tanpa benar-benar mengalami hal-hal menarik lainnya, saya rasa bisa memahami perasaan Nikolai tentang kematiannya. Kenangan seperti itu akan terasa seperti bekas luka, yang sudah tidak sakit tapi akan terasa nyeri saat dipandangi atau terpicu oleh kondisi-kondisi tertentu.


Sekarang, Nikolai sebagai asisten... saya tidak tahu saya harus prihatin dengan Hades atau mendukung perbuatan Nikolai. Walaupun saya selalu suka saat Nikolai mulai membangkang terhadap Hades atau saat diam-diam mencela tuannya, kalau saya memposisikan diri sebagai Hades yang dulunya memiliki asisten seperti Solveig yang patuh dan hanya sesekali menggoda rasanya menjengkelkan juga. Tapi seringnya saat membaca saya selalu suka dengan tingkah Nikolai terhadap Hades, celaannya terhadap Tuannya, idenya tentang sweater Lopapeysa, menjadi wasit ketika Hades dan Lilja bertengkar, menjadi third wheel saat Hades dan Lilja akur, Nikolai dan beragam posisinya sangat menyenangkan untuk dibaca.

 


Tempo Cerita

Lebih mudah bagi saya menjelaskan tempo cerita jika fokus cerita Heavenly dibagi dua. Pertama fokus tentang masalah pencegahan perang dunia keempat dan fokus kedua tentang perkembangan hubungan antara Hades dan Lilja.

Setengah bagian awal, pertengkaran-pertengkaran Hades dan Lilja terasa memperlambat tempo cerita fokus pertama. Di sisi lain, fokus kedua mulai terbangun melalui pertengkaran-pertengkaran tersebut.

Kemudian dari tengah buku hingga akhir tempo mengalir dengan kecepatan yang sama untuk kedua fokus.


 My Favorite Scene

  • Di jembatan saat Hades menjemput Lilja setelah Lilja puas berkeliling. Adegan itu terasa sangat menyentuh bagi saya, mata berkaca-kaca Lilja, tatapan Hades kepada Lilja, ditambah sungai di bawah jembatan yang berkilau, romantis sekali.

  • Saat Nikolai bertemu dengan Ivarr, rasanya saya ingin kembali membaca Purple Eyes yang sayang sekali tidak bisa saya lakukan karena novel tersebut masih dipinjam oleh teman. 

  • Semua adegan di Reich Timur adalah favorit saya. mulai dari “Istri Anda cantik, min herre. Anda mencintainya?” milik Nikolai, lelucon sarkasme tentang teh, kejadian dengan Ratu Edna, hingga percakapan-percakapan antara Hades dan Lilja—yang syukurlah bukan pertengkaran hebat seperti di awal buku hingga membutuhkan wasit. 

  • Saat Lilja membuat selai delima ditemani Hades.

  • Saat Hades bertarung melawan Beelzebub. Walaupun ada sedikit yang menggajal hati saya di adegan tersebut. 

  • Saat Hades mencicipi selai delima di Erebos.  

  • Solveig dengan “saya sama sekali tidak menyangka Anda ternyata seromantis itu” yang tidak pernah terucap

  • Semua adegan dengan Nikolai yang membangkang, marah, dan mencela Hades. 

Banyak banget ya. Saya juga kesulitan saat harus memilih, ini adalah versi lebih ringkas hehe.


Yang saya pelajari.

Saya tertegun dengan kalimat untuk yang tak pernah kehilangan harapan di halaman awal-awal. Kondisi yang terjadi saat saya membuka Heavenly pertama kali adalah saya sedang kehilangan harapan serta semangat dan saya memutuskan untuk istirahat—sambil berdalih bahwa saya mencari inspirasi, padahal yang tengah saya susun dan tulis adalah karya ilmiah, mencari inspirasi apanya. Meski tidak menemukan inspirasi apalagi yang harus saya tambahkan dalam bab tinjauan pustaka, saya setidaknya menemukan kembali kekuatan saya untuk melanjutkan makalah yang sempat saya tatap dengan penuh kebencian setelah selesai membaca cepat Heavenly.


Saya belajar banyak dari Lilja, khususnya kelembutan hati dan konsistennya. Menjadi satu-satunya orang yang berusaha mencegah perang adalah hal yang sangat sulit, apalagi jika tidak memiliki sekutu, rasa horror akibat ancaman-ancaman yang dirasakan Lilja juga saya rasakan. Tetap menjadi baik di situasi dan kondisi yang mengizinkan seseorang untuk bertindak sebaliknya adalah sebuat kekuatan yang tidak semua orang bisa milikki.


Saya juga diingatkan kembali saat Lilja benar-benar putus asa dan Hades menghiburnya, saya merasa sangat termotivasi saat membaca bagian tersebut.


“Menurutmu berusaha dan diam hasilnya sama saja. Jadi kenapa kau harus diam?” tanya pria muda itu lagi. “Kau akan lebih menderita kalau tidak mencoba, Lilja. Kau tahu itu.” (Hlm 227)


Saya belajar dari Hades untuk tetap membuka peluang yang ada. Dengan tema perang, kita melihat ketamakan dan keserakahan manusia yang sangat merugikan dan kebencian Hades terhadap manusia rasanya bisa sangat dipahami, tapi bukan berarti Hades menutup kemungkinan yang ada. Hades tetap memberikan celah dan kesempatan bagi manusia yang baik, seperti Lilja, Solveig, dan Nikolai.


Saya belajar dari Nikolai tentang pentingnya memaksimalkan waktu yang ada bersama orang-orang yang tersayang. Karena sekalipun tetap bersama, tidak selamanya kita berada dalam kondisi yang sama.



Akhir kata

Heavenly berhasil mengacak-acak emosi saya. World building yang solid, penggambaran berbagai latar yang sangat memikat, beragam perasaan para tokoh yang terasa sangat nyata hingga saya ikut terbawa emosi, alur cerita yang rapi, dan sisi romatis yang rumit disikapi secara dewasa oleh para tokoh adalah perpaduan sempurna sehingga saya sangat menikmati proses membaca Heavenly dan saya rekomendasikan teman-teman untuk membacanya.  Khususnya untuk teman-teman yang suka dengan cerita mitologi, saya rasa Heavenly adalah rekomendasi cocok untuk dimasukkan ke dalam list TBR kalian~


Data Buku 














Judul : Heavenly
Penulis : Prisca Primasari
Editor : Cerberus404
Jumlah Halaman : 392 hlm
Penerbit : Penerbit Inari
Desain Sampul : Pola
Penata Sampul : Propanardilla
ISBN : 978-602-6682-73-4
Tahun Terbit : Juli 2021
Harga : Rp115.000
Peresensi : sho pim
Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar

Posting Komentar